Header Ads

Nasehat Kehidupan Sayyidina Ali bin Abi Thalib

 

    Tulisan ini bersumber dari rekaman podcast ceramah atau pengajian Prof. Quraih Shihab. Penulis menganggap apa yang beliau sampaikan sangatlah penting untuk kita ketahui dan menjadikannya pelajaran bagi kita.

    Beliau sampaikan bahwa Sayyidina Ali menulis surat yang isinya berupa nasehat kepada anaknya. Di anatara isinya adalah :

    “Hidupkanlah hatimu dengan menerima nasehat, padamkan nafsumu dengan zuhud dan kekuatan keyakinan, terangi hatimu dengan hikmah, dan tundukkan ia dengan mengingat maut, serta mantapkan ia dengan kesadaran akan kepunahan segala sesuatu yang berada di alam raya ini, tunjukkan kepadanya yakni kepada hatimu aneka petaka dadakan di dunia, tunjukkan dan ingatkan ia daengan pergolakan masa dan keburukan yang terjadi pada pergantian malam dan siang, paparkan ke benakmu sejarah generasi masa lalu dan ingatkan juga tentang apa yang menimpa orang-orang sebelummu, jelajahilah pemukiman dan peninggalan mereka lalu renungkanlah apa yang telah mereka lakukan darimana mereka datang lalu kemana mereka berpindah dan dimana kemudian mereka akan tinggal menetap. Engkau akan menemukan mereka meninggalkan kekasih dan bermukim di negeri yang asing bagi mereka dan engkau seakan-akan tidak lama lagi akan menjadi seperti salah seorang dari mereka itu, pasti kita mati , maka perbaikilah tempat tinggalmu, jangan menjual akhiratmu dengan duniamu, dan hindari berucap menyangkut apa yang engkau tidak ketahui atau berbicara menyangkut yang bukan urusanmu, jangn ikuti satu jalan jika engkau takut tersesat bila menelusurinya karena berhenti pada kebingungan tersesat lebih baik daripada mengarungi bahaya kesesatan, ketahuilah wahai anakku bahwa yang paling kusukai untuk engkau amalkan dari wasiatku ini adalah bertaqwa kepada Allah dan membatasi diri mengamalkan apa yang diwajibkan atasmu (jadi tidak usah yang sunnah-sunnah dulu/dahulukan yang wajib dahulu) serta meneladani leluhurmu dan orang-orang saleh dari kelurgamu, mereka itu tidak mengabaikan renungan tentang diri mereka sebagaimana engkau berpotensi merenung dan mereka berfikir sebagaimana engkau berpotensi berfikir lalu pada akhirnya mereka mengamalkan apa yang mereka ketahui dan mengabaikan untuk memikirkan apa yang tidak dibebankan atas mereka, seandainya jiwamu enggan menerima begitu saja apa yang mereka ketahui sebelum engkau mengetahuinya melalui cara mereka  tahu maka hendaklah engkau mempelajarinya dengan tekun dan seksama tapi bukan untuk tujuan berbantah- bantahan.

    Hai anakku, jadikanlah dirimu neraca antara dirimu dengan selainmu, Karena itu sukailah untuk orang lain apa yang engkau sukai untuk dirimu, dan bencilah untuknya apa yang kau benci , jangan menganiaya ornag lain sebagaimana engkau enggan dianiaya, dan berbuat baiklah sebagaimana engkau senang diperlakukan dengan abaik, anggap buruklah apa yang terdapat pada dirimu yang engkau anggap buruk disandang orang lain, puaslah dengan apa yang engkau terima dari orang lain sebagaimana kepuasanmu memberi untuk orang lain, jangan mengucap apa yang engkau tidak ketahui walau pengetahuanmu sedikit jangan juga mengucapkan sesuatu yang engkau tidak senang orang lain mengucapkannya kepadamu, ketahuilah bahwa kebanggaan yang tidak berdasar pada diri sendiri merupakan lawan dari kebenaran serta penyakit yang menimpa pemikiran yang jernih, nafkahkanlah harta hasil usahamu dan jangan menjadi penyimpan buat orang lain (menyimpan harta atau pelit sampai mati yang pada akhirnya harta itu untuk orang lain juga), kemudian jika engkau telah menerima hidangan menuju kebenaran maka hendaklah engkau menjadi orang yang paling khusyuk dan patuh kepada Tuhanmu, ketahuilah bahwa di hadapanmu ada jalan yang berjarak sangat jauh dan kesulitan yang sangat berat sehingga engkau harus pandai-pandai menempuh jalan denngan benar dan pandai-pandai juga mengukur kadar bekalmu, jangan bawa terlalu banyak agar engkau sampai pada tujuan tapi jangan sampai bekal itu memberatkanmu sehingga mengakibatkan bencana atas diimu, apabila engkau mendapati seorang butuh dan bersedia memikul denganmu menuju hari kiamat untuk kemudian dia menyerahkannya kepadamu maka sambutlah keinginannya itu (missal orang pinjam uang atau orang bautuh maka kasihlah karena itu sebenarnya bekal anda yang dia akan serahkan di hari kemudian itu), gunakan kesempatan mengutangi siapa yang meminta diberi hutang pada saat engau mampu agar dia dapat mengembalikan hutangnya saat krisis menimpamu, ketahuilah bahwa di hadapanmu terdapat jalan mendaki yang sulit yang tidak ringan bebannya, ketahuilah bahwa penguasa perbendaharaan langit dan bumi (yakni Allah SWT) mengizinkamu berdo’a dan menjamin untuk mengabulkannya, Dia tidak menjadikan antara engkau dengan Dia  Yang Maha kuasa itu siapapun yang menghalangimu tidak juga menjadikan (penghalang) antara engkau dengan Dia seseorang yang engkau mintai pertolongan untuk mendo’akanmu, Dia tidak menghalangimu untuk bertaubat, Dia tidak mengejek dan mengecammu jika engkau kembali kepada-Nya Dia juga tidak bergegas menjatuhkan siksa sebagaimana Dia tidak mempermalukanmu di saat engkau berpotensi untuk dipermalukan

    Ketahuilah wahai anakku bahwa engkau diciptakan untuk berlanjut hidupmu hingga akhirat, bukan sekedar di dunia, engkau diciptakan untuk punah di dunia ini bukan untuk kekal dan sungguh engkau bertempat tinggal di suatu tempat yang mengharuskan berpindah ke akhirat, engkau dikejar oleh maut yang tidak seorang pun berhasil luput dari kejarannya sehingga pasti semua terkejar olehnya karena itu berhati-hatilah, jangan sampai engkau terkejar olehnya dalam keadaan buruk, keadan yang pernah suatu ketika terbetik keinginanmu untuk bertaubat tetapi ada aral yang merintangi engkau dengan keinginanmu itu lalu tiba-tiba maut datang merenggut nyawamu sehingga engkau tidak sempat bertaubat , sebentar lagi akan tersingkap kegelapan para musafir pun segera akan tiba. 

    Ketahuilah wahai anakku bahwa siapa yang kendaraannya adalah malam dan siang maka pasti malam dan siang itu akan membawanya walau ia menetap tanpa gerak dan pasti juga jarak betapapun jauhnya akan ditempuhnya walau dia diam dengan tenang, ketahuilah dengan penuh keyakinan bahwa engkau tida akan mencapai seluruh harapanmu, temanilah orang-orang baik engkau menjadi bagian dari mereka dan hindari serta berbeda lah dengan orang-orang buruk engkau berbeda dengan mereka, seburuk-buruk makanan adalah yang haram seburuk-buruk penganiayaan adalah menganiaya yang lemah, penggunaan kelemahlembutan jika bukan pada tempatnya maka menambah kekerasan sedangkan bersikap tegas pada tempatnya melahirkan kelemah lembutan, bisa jadi yang dianggap obat adalah penyakit dan yang dianggap penyakit adalah obat, bisa jadi orang yang memberi nasehat adalah orang yang tidak wajar memberinya dan bisa jadi juga yang diminta nasehat justru menjerumuskannya (pilih-pilih orang yang kamu mintai nasehat), jangan sekali-kali mengandalkan angan-anagn kosong karena ia adalah sikap si picik.

    Kecerdasan adalah memelihara pengalaman dan sebaik-baik pengalaman adalah yang menasehatimu, gunakan kesempatan sebelum terlambat, tidak semua yang mencari menemukan apa yang dicarinya, tidak juga yang pergi akan kembali (pergi ke akhirat), termasuk bagian dari keburukan adalah menyia-nyiakan bekal dan memperburuk masa depan, segala sesuatu ada akhirnya dan pasti akan datang menemuimu apa yang telah ditetapkan Allah atasmu, pedagang itu berspekulasi , bisa jadi yang sedikit lebih berkembang daripada yang banyak, tidak ada baiknya seorang yang menolong dengan menghina, tidak juga ada baiknya teman yang kikir atau berburuk sangka, ambil dari perjalanan masa ini apa yang dipersembahkan kepadamu, jangan terlalu berani mengorbankan sesuatu dengan mengharapkan perolehan yang lebih banyak, jangan mengendarai perdebatan karena dia dapat menjerumuskanmu pertahakan lah jalinan hubungan dengan saudara dan temanmu saat dia memutus hubungan denganmu, dan teruslah berbuat baik padanya, kendati dia menolakmu, mendekatlah kendati dia menjauh, berilah kendati dia kikir, berlemahlembutlah kendati dia kasar, carilah alasan pembenaran kendati dia bersalah, lakukan itu seakan-akan engkau hambanya dan seakan-akan ia pemberi nikmat padamu (tapi hati-hati jangan letakkan itu bukan pada tempatnya atau melakukannya bukan pada sosok yang wajar menerimanya ), jangan sekali-kali menjadikan musuh sahabatmu sebagai sahabat, karena itu berarti engkau memusuhi sahabatmu.

    Tuluslah menasehati saudara atau temanmu baik itu bermanfaat maupun merugikanmu, pendamlah amarah, aku tidak pernah melihat sesuatu yang dipendam lebih manis tidak juga lebih baik dampaknya sebagaimana memendam amarah, bersikap lemah lembutlah kepada yang kasar kepadamu niscaya segera dia akan bersikap baik padamu, perlakukanlah musuhmu dengan baik karena itu adalah kemenangan terbaik dari dua kemenangan, apabila engkau bermaksud memutus hubungan dengan seseorang maka simpan sedikit peluang di dalam hatimu siapa tahu suatu ketika dia berniat memperbaiki diri, dan siapa yang menilaimu baik maka benarkan penilaiannya (buktikan bahwa memang kamu baik), jangan sekali-kali mengabaikan hak temanmu dengan berandalakan hubungan baikmu dengannya karena siapa yang engkau abaikan haknya maka ia tidak lagi menjadi temanmu, jangan sampai keluarga menjadi orang yang paling sengsara karena ulahmu, jangan juga mengharap dari siapa yang tidak menyenangimu, jangan sekali-kali temanmu lebih kuat tekadnya untuk memutuskan hubungan daripada tekadmu menjalin hubungan baik, jangan juga dorongan untuk berbuat baik lebih kuat dalam dirimu dari pada dorongan berbuat baik (untuk) orang lain jangan memperbesar dalam hatimu kezaliman orang lain terhadap dirimu dengan membalas kezaliman itu sesungguhnya sikapnya itu merugikan dirinya dan menguntungkan kamu, balasan orang yang berbuat baik bukanlah dengan berbuat jahat kepadanya, boleh jadi ada yang jauh tapi  lebih dekat daripada yang dekat dan boleh jadi ada yang dekat tapi lebih  jauh daripada yang jauh, bisa jadi keputusasaan untuk mencapai sesuatu merupakan pencapaian,tanyakanlah  tentang teman yang menemanimu dalam perjalanan sebelum bertanya kemana akan pergi, dan utamakanlah tetangga sebelum rumah kediaman, hindari mengucapkan sesuatu yang mentertawakan walau itu bersumber dari orang lain, hormatilah keluarga besarmu karena mereka sayap yang membawamu terbang dan merekalah asal-usulmu yang engkau berakhir pada mereka dan mereka juga tangan yang engkau gunakan berjuang.

Aku menitipkan agama dan duniamu kepada Allah aku bermohon sebai-baik ketetapan-Nya untukmu di masa datang yang dekat maupun masa datang yang jauh di dunia dan di akhirat”.

Semoga Nasehat Sayyidina Ali kepada anaknya ini menjadi nasehat juga untuk kita dan anak-anak kita.Amin.

Tidak ada komentar

PENDEKATAN POLITIK DALAM KAJIAN ISLAM (STUDI TENTANG ZAKAT)

  PENDEKATAN POLITIK DALAM KAJIAN ISLAM (STUDI TENTANG ZAKAT)   Muhamad Agus Soleh Mahasiswa Universitas PTIQ Jakarta agussoleh1...

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.